
Jakarta, 3 Agustus 2025 – Di usia yang baru menginjak 18 tahun, nama Lamine Yamal sudah melekat sebagai salah satu talenta paling bersinar di dunia sepak bola. Namun, ketenaran yang diraih dalam waktu singkat itu ternyata tidak selalu datang dengan pujian. Banyak suara sumbang menuding Yamal bersikap arogan baik di dalam maupun luar lapangan. Namun, bagi rekan setimnya di Barcelona, Gavi, anggapan itu sepenuhnya keliru.
Yamal adalah fenomena. Sejak debutnya bersama tim utama Barcelona pada April 2023, ia langsung menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar pemain muda biasa. Dalam dua musim terakhir, Yamal sudah mencatatkan 106 penampilan, menyumbang 25 gol dan 34 assist di berbagai kompetisi — statistik yang bahkan sulit dicapai pemain senior.
Kontribusinya sangat signifikan dalam keberhasilan Blaugrana menyabet dua gelar La Liga (2022/2023 dan 2024/2025), serta membawa pulang trofi Copa del Rey dan Piala Super Spanyol pada musim terakhir. Tak hanya itu, bersama Timnas Spanyol, Yamal menjadi bagian penting dari skuad yang menjuarai EURO 2024. Prestasi-prestasi ini menjadikan Yamal sebagai wajah baru sepak bola Spanyol.
Bersinar dan Disorot, Tapi Juga Dihakimi
Namun, di balik semua pencapaian gemilang tersebut, sorotan negatif terhadap Yamal juga tak pernah surut. Gaya hidupnya yang flamboyan, selebrasi yang dianggap nyeleneh, hingga gaya berpakaian dan potongan rambutnya jadi bahan cibiran netizen dan media.
Pernah suatu kali, selebrasi Yamal yang menurunkan celana hingga setengah paha dianggap tidak sopan. Ia juga dituduh tak menghormati Cristiano Ronaldo saat momen bersalaman di lapangan. Belum lama ini, pesta ulang tahunnya dikecam banyak pihak lantaran menghadirkan hiburan dari orang bertubuh kecil, yang disebut-sebut tidak etis. Belum lagi, kisah cintanya dengan perempuan yang jauh lebih tua kembali memancing debat di media sosial.
Di tengah badai opini publik yang terus menerpa, Gavi, gelandang muda Barcelona sekaligus rekan dekat Yamal, akhirnya buka suara.
“Pada akhirnya, semua orang tahu Lamine itu pemain kelas dunia. Musim yang telah ia jalani itu unik untuk pemain seusianya,” ujar Gavi kepada Mundo Deportivo.
Baginya, yang terpenting bukanlah komentar-komentar liar di luar sana, melainkan mentalitas dan kepercayaan diri Yamal yang luar biasa.
“Saya harap dia terus seperti ini, dengan mentalitas yang ia punya, karena dia sangat bagus dan mesti terus seperti ini sehingga kami bisa memenangi titel sebanyak mungkin,” lanjut Gavi.
Beda Tipis: Arogan atau Percaya Diri
Label “arogan” kerap disematkan kepada pemain muda berbakat yang menunjukkan karakter kuat. Namun publik sering lupa, bahwa dalam dunia sepak bola profesional, kepercayaan diri adalah bagian dari mentalitas pemenang.
Yamal bukanlah satu-satunya pemain yang dicap arogan karena tampil penuh percaya diri. Kita pernah menyaksikan Zlatan Ibrahimović, Cristiano Ronaldo, dan bahkan Lionel Messi di awal kariernya menghadapi tekanan serupa. Namun seiring berjalannya waktu, karakter itu justru menjadi bagian dari keunggulan mereka.
Yamal terlihat tak terganggu oleh penilaian publik. Ia terus bekerja keras, tetap tampil konsisten, dan tak goyah menghadapi tekanan besar yang datang sejak usia belia. Dalam era digital di mana setiap gerak-gerik atlet mudah disalahartikan, keteguhan hati seperti itu layak diapresiasi.
Generasi Baru, Tantangan Baru
Generasi seperti Yamal tumbuh di era yang berbeda. Eksposur media sosial, ekspektasi publik yang tinggi, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna menjadi beban tambahan yang tidak dialami pemain di masa lalu. Namun justru dalam tekanan itu, Yamal menunjukkan bahwa ia bukan sekadar bintang muda — tapi calon legenda.
Barcelona, dengan dukungan dari para pemain senior seperti Gavi, terus berupaya melindungi dan membimbing Yamal agar tetap fokus dan berkembang. Mereka tahu, pemain seperti Yamal adalah aset jangka panjang yang bisa membawa klub kembali ke puncak kejayaan Eropa.
Kesimpulan
Menyebut Lamine Yamal arogan hanya karena gaya hidupnya atau selebrasi spontan jelas merupakan penilaian yang dangkal. Di balik semua kontroversi, ada pemuda 18 tahun yang memiliki dedikasi, mentalitas juara, dan cinta mendalam terhadap sepak bola. Ia bukan arogansi—ia adalah kepercayaan diri dalam bentuk paling murni.
Dan seperti kata Gavi: “Orang boleh berpikir apa saja, tapi yang tahu kualitas sejati Lamine adalah kami yang bersamanya setiap hari.”