Paris Saint-Germain (PSG) kembali mengincar satu trofi bergengsi untuk melengkapi kejayaan mereka di pentas sepak bola Eropa. Kali ini, tim asal Ibu Kota Prancis tersebut akan tampil di Piala Super Eropa 2025, menghadapi Tottenham Hotspur di Bluenergy Stadium, Udine, Italia, pada Kamis (12/8/2025).
Pertandingan ini akan menjadi ajang pertemuan dua raksasa Eropa yang datang dengan latar belakang kontras. PSG melangkah ke Piala Super Eropa sebagai juara Liga Champions musim 2024/2025, sedangkan Tottenham hadir berbekal titel Liga Europa musim yang sama. Meski sama-sama menyandang status kampiun Eropa, kondisi kedua tim jelang laga ini jauh berbeda.
PSG Datang dengan Reputasi Mentereng
Musim lalu menjadi salah satu periode emas dalam sejarah PSG. Tim asuhan Luis Enrique sukses menyapu bersih gelar Ligue 1, Piala Prancis, dan Liga Champions—sebuah pencapaian yang membawa mereka meraih treble winner untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Tidak berhenti di situ, mereka bahkan berhasil menembus final Piala Dunia Antarklub 2025. Sayangnya, impian untuk menambah koleksi trofi pupus setelah takluk 0-3 dari Chelsea di partai puncak.
Keberhasilan besar musim lalu membuat PSG kini dianggap sebagai kekuatan utama sepak bola Eropa. Dengan komposisi skuad yang nyaris tak berubah, Les Parisiens diharapkan mampu mempertahankan performa gemilang mereka., sementara Enrique tetap menekankan filosofi permainan agresif berbasis penguasaan bola yang sukses mematikan banyak lawan.
“Piala Super adalah pertandingan yang sangat istimewa yang mempertemukan juara Liga Champions dan Liga Europa. Tentu saja, tujuan kami adalah memenangkannya dan memberikan segalanya,” kata Luis Enrique dalam wawancara yang dikutip dari situs resmi UEFA.
Meski diunggulkan, PSG tidak datang ke Udine dalam kondisi persiapan yang sempurna. Laga ini digelar tak lama setelah libur musim panas, membuat banyak pemain baru kembali dari istirahat panjang atau tugas internasional. Alhasil, ritme permainan dan koordinasi tim belum sepenuhnya kembali ke level terbaik.
“Kami belum berlatih sepanjang musim untuk pertandingan ini. Persiapannya berbeda dengan musim reguler. Namun, kami menerimanya sebagai bagian dari tuntutan menjadi juara Eropa, dan kami akan bersaing sebaik mungkin,” tambah Enrique.
Situasi ini sedikit mengingatkan pada kondisi tim besar Eropa lainnya yang sering menghadapi jadwal padat dan minim waktu persiapan. Namun, dengan kedalaman skuad dan pengalaman bertanding di laga-laga besar, PSG diyakini tetap punya modal cukup untuk tampil dominan.
Di sisi lain, Tottenham datang dengan status underdog. Meskipun berhasil menjuarai Liga Europa 2024/2025, performa mereka di Liga Inggris musim lalu jauh dari kata memuaskan. The Lilywhites hanya finis di peringkat ke-17, nyaris terjerumus ke zona degradasi.
Situasi itu memicu pergantian besar di tubuh klub. Manajemen memutuskan berpisah dengan Ange Postecoglou dan menunjuk Thomas Frank, pelatih asal Denmark yang sebelumnya menangani Brentford, untuk memimpin proyek pembangunan ulang tim. Frank dikenal sebagai pelatih yang mengandalkan disiplin taktik, transisi cepat, dan pendekatan kerja kolektif, hal yang mungkin cocok untuk membangkitkan Tottenham dari keterpurukan.
Bagi Spurs, Piala Super Eropa 2025 bisa menjadi ajang pembuktian bahwa mereka sanggup bersaing di level tertinggi. Menghadapi PSG tentu menjadi ujian berat, namun di sisi lain juga merupakan peluang emas untuk membuat kejutan.
Pertarungan Filosofi Sepak Bola
Laga ini tidak hanya menarik dari sisi prestise, tetapi juga dari segi gaya permainan. PSG, di bawah Luis Enrique, mengandalkan penguasaan bola, pressing tinggi, dan serangan terstruktur. Sementara Tottenham kemungkinan besar akan mengadopsi pendekatan pragmatis: bertahan rapat, memanfaatkan kesalahan lawan, dan menyerang cepat lewat sayap.
Pertarungan ini akan menjadi ujian tak hanya bagi pemain, tapi juga bagi kedua pelatih. Enrique ingin memastikan dominasi PSG tidak hanya sebatas di liga domestik dan Liga Champions, sedangkan Frank berharap bisa mengukir kemenangan besar yang langsung mengangkat moral timnya.
- Kebugaran Pemain Kunci – PSG memiliki sederet bintang yang baru saja kembali dari liburan atau tugas internasional. Ketajaman dan kecerdikan akan diuji oleh pertahanan ketat Spurs.
- Mentalitas Juara – PSG sudah terbiasa tampil di partai final, sementara Tottenham masih minim pengalaman di laga sebesar ini.
- Strategi Thomas Frank – Jika mampu meredam serangan PSG dan memanfaatkan peluang dengan efisien, Spurs berpotensi membuat kejutan.
- Atmosfer Stadion – Meskipun digelar di Italia, suporter kedua tim diprediksi hadir dalam jumlah besar dan bisa memengaruhi mental bertanding para pemain.
Bagi PSG, kemenangan di Piala Super Eropa bukan sekadar menambah koleksi piala. Gelar ini juga menjadi simbol supremasi mereka di kancah Eropa, mengirim pesan bahwa musim lalu bukanlah kebetulan. Dengan reputasi sebagai salah satu klub terkaya di dunia dan investasi besar-besaran dalam skuad, PSG ingin menegaskan bahwa mereka bukan hanya penguasa Prancis, tapi juga raja Eropa yang sesungguhnya.
Di sisi lain, Tottenham datang tanpa beban berlebihan. Sebagai tim yang tidak diunggulkan, mereka justru punya kebebasan untuk bermain lepas. Jika berhasil meraih kemenangan, Spurs akan menorehkan salah satu momen paling bersejarah dalam perjalanan klub.