
Jakarta, Indonesia — Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) saat ini tengah menghadapi krisis ganda yang mengguncang reputasi mereka. Setelah dijatuhi sanksi FIFA terkait pemalsuan dokumen naturalisasi tujuh pemain timnas, situs resmi FAM diduga diretas, menambah kerumitan dalam upaya mereka memulihkan diri. Senin (6/10) menjadi hari terakhir bagi FAM untuk mengajukan banding ke FIFA terkait sanksi naturalisasi, yang berpotensi membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) jika banding ditolak.
Sanksi FIFA dan Batas Waktu Banding
FIFA menjatuhkan sanksi kepada FAM pada Jumat (26/9) setelah Komite Disiplin FIFA menemukan pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA (FDC) terkait pemalsuan dokumen naturalisasi. Tujuh pemain Timnas Malaysia yang dinilai memalsukan dokumen adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano. Para pemain ini sempat tampil bersama Timnas Malaysia di babak Kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam pada 10 Juni 2025, di mana Malaysia menang 4-0.
Sebagai hukuman, ketujuh pemain tersebut dilarang bermain selama 12 bulan di semua level, termasuk klub. FAM juga diwajibkan membayar denda sebesar 350.000 Swiss Franc (sekitar Rp 7,3 miliar), sementara para pemain masing-masing didenda 2.000 Swiss Franc (sekitar Rp 41 juta). FIFA memberikan waktu 10 hari kepada Malaysia untuk mengajukan banding, yang berarti Senin (6/10) ini adalah batas akhirnya. Setelah batas waktu ini, FIFA akan memberikan keputusan final yang akan diakses di legal.fifa.com.
Sekretaris Jenderal FAM Datuk Noor Azman Rahman mengakui adanya “kesalahan teknis dalam proses penyerahan dokumen” oleh staf administrasi mereka. Namun, ia menegaskan bahwa para pemain naturalisasi tersebut adalah warga negara Malaysia yang sah. Jika banding FIFA ditolak, FAM menyatakan akan membawa permasalahan ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Bunyi Pasal 22 Kode Disiplin FIFA:

Pasal 22 Kode Disiplin FIFA membahas tentang pemalsuan dan rekayasa dokumen. Intinya, siapa pun yang memalsukan atau menggunakan dokumen palsu dalam kegiatan sepak bola akan dikenai denda dan larangan bertanding minimal enam pertandingan atau 12 bulan. Sebuah asosiasi atau klub juga dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan pemalsuan yang dilakukan oleh pejabat dan/atau pemainnya.
Motivasi Pemain Naturalisasi: Imbalan atau Kesempatan?
Skandal ini juga memicu spekulasi mengenai motivasi di balik naturalisasi pemain. Pengamat sepak bola Vietnam, Quang Huy, berpendapat bahwa para pemain naturalisasi Malaysia menerima insentif khusus dalam bentuk uang. “Saya rasa mereka punya banyak motivasi saat ini, karena di negara asal mereka, mereka tidak bisa memakai seragam tim nasional,” ujar Quang Huy. Ia menambahkan bahwa faktor keuangan dan kesempatan bermain di timnas yang tidak mereka dapatkan di negara asal menjadi dorongan kuat.
Dalam konteks berbeda, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, pernah membantah bahwa pemain naturalisasi Timnas Indonesia menerima uang sebagai insentif untuk bergabung. Dalam wawancaranya di Kompas TV pada 2024, Erick menegaskan bahwa motivasi utama adalah membela negara. “Kalau ada pemain Indonesia di luar negeri dan punya (darah) Merah-Putih, ia ingin bermain ya kita harus welcome,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa imbalan yang ada hanya dalam bentuk bonus, bukan sebagai insentif awal untuk naturalisasi.
Situs Resmi FAM Diretas: Ancaman Data dan Tebusan Dolar

Di tengah tekanan akibat sanksi FIFA, FAM kembali menjadi sorotan setelah laman resminya diduga diretas. Peretasan ini terpantau masih berlangsung hingga Senin (6/10) pukul 19.10 WIB. Competition Management System milik FAM dilaporkan diretas oleh pihak tak bertanggung jawab, mengancam keamanan data dan arsip sepak bola Malaysia.
Halaman situs resmi FAM hanya menampilkan pesan ancaman berbunyi: “Domain/server/database ini telah diretas. Tolong lakukan pembayaran senilai 7000 dolar AS untuk keamanan server. Jika pembayaran tidak dilakukan dalam 13 jam, semua database akan dihapus otomatis.”
Selain permintaan tebusan, peretas juga menyertakan pesan bernada kecaman terhadap federasi: “Kenapa kalian bodoh sekali! Kalian main bola buat ID palsu bodoh! Apa pula mau melibatkan Indonesia? FIFA menghukum FAM, bukan PSSI.” Pesan ini menunjukkan bahwa peretasan kemungkinan terkait erat dengan skandal naturalisasi dan sentimen publik yang negatif.
FAM sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait peretasan ini. Sumber internal menyebut tim keamanan siber FAM tengah melakukan investigasi sebelum mengeluarkan pernyataan resmi. Insiden peretasan ini bukan yang pertama bagi FAM; pada tahun 2014, situs web mereka pernah diserang oleh suporter Vietnam. Krisis ganda ini, baik di ranah digital maupun reputasi, semakin memperburuk kondisi sepak bola Malaysia yang sedang berjuang memulihkan citra.