November 9, 2025

Analisis Kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi: Sorotan untuk Patrick Kluivert dan Harapan ke Depan

Kekalahan tipis 2-3 Tim Nasional Indonesia dari Arab Saudi pada laga perdana Grup B ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis (9/10/2025) dini hari WIB, menyisakan berbagai perasaan. Di satu sisi, pelatih Patrick Kluivert tetap merasa bangga, menyatakan skuad Garuda “meninggalkan lapangan dengan kepala tegak” karena hanya kalah tipis dari tim sekelas Arab Saudi. Namun, di sisi lain, kekalahan ini juga memicu kritik tajam, terutama mengingat rekor impresif Timnas Indonesia era Shin Tae-yong yang tak terkalahkan dalam dua pertemuan terakhir dengan Arab Saudi.

Dua kemenangan beruntun melawan Arab Saudi di September dan Oktober 2024 (1-1 di Jeddah, 2-0 di Jakarta) telah mematahkan sejarah buruk Indonesia yang selalu kalah atau imbang melawan tim Timur Tengah itu. Rapor manis di bawah Shin Tae-yong tersebut menjadi parameter ekspektasi yang tinggi. Oleh karena itu, kekalahan ini, meskipun tipis, tetap menjadi catatan penting di bawah kepemimpinan Kluivert.

Analisis mendalam dari pengamat sepak bola Malaysia, Raja Isa Raja Akram, menyoroti titik lemah utama Timnas Indonesia: lini tengah. Sejak awal, Raja Isa telah memperingatkan bahwa lini tengah akan menjadi kunci penentu. Prediksinya terbukti, dengan kritik khusus ditujukan kepada Patrick Kluivert atas keputusannya memilih Marc Klok sebagai starter. “Masa emas Marc Klok sudah lewat,” tegas Raja Isa, menganggap Klok sebagai “kartu mati dan titik terlemah yang bisa dieksploitasi pemain Arab Saudi.”

Dampak dari pilihan tersebut, menurut Raja Isa, adalah tidak optimalnya peran Joey Pelupessy di lini tengah. Sistem permainan sektor vital Timnas Indonesia menjadi tidak jelas, tanpa gelandang yang tahu kapan harus menerapkan low, middle, atau high block. “Patrick Kluivert yang bersalah, karena dia tak punya sistem permainan lini tengah yang solid,” ujarnya tajam.

Kluivert sendiri mengakui masalah ini, menyebut jarak antarlini yang sering tidak ideal dan kesulitan tim mendistribusikan bola akibat kalah duel di lini tengah. “Kami tidak cukup baik dalam menjaga area antar lini, sehingga para winger mereka bisa masuk dan berbalik menghadap pertahanan kami,” aku Kluivert. Beruntung, Maarten Paes tampil gemilang di bawah mistar, menggagalkan banyak peluang emas Arab Saudi, yang jika tidak, bisa berujung pada kekalahan dengan margin gol yang lebih besar.

Raja Isa menyarankan agar Joey Pelupessy seharusnya diduetkan dengan Thom Haye, bukan Marc Klok. Pernyataan ini diperkuat oleh fakta bahwa lini tengah Timnas Indonesia menjadi lebih hidup dan aliran bola ke depan lebih berbahaya saat Thom Haye masuk di babak kedua. Namun, Kluivert dinilai terlambat memasukkan Thom Haye, sebuah kesalahan fatal menurut Raja Isa.

Kekalahan ini menipiskan peluang Timnas Indonesia ke putaran final Piala Dunia 2026. Kini, skuad Garuda harus menargetkan kemenangan telak atas Irak pada 12 Oktober 2025 mendatang, sambil berharap Irak mengalahkan Arab Saudi dengan selisih gol tipis. Bek kiri Timnas Indonesia, Shayne Pattynama, menyuarakan pesan menyentuh kepada para suporter untuk tetap bersatu dan mendukung tim menjelang laga hidup-mati melawan Irak. Meskipun kritik tajam sempat menggema di media sosial pasca-kekalahan dari Arab Saudi, Shayne menyerukan persatuan.

“Kami punya segalanya untuk bertarung sekali lagi, jadi mari kita tatap dengan positif, mari kita dukung satu sama lain, fans semuanya, dan ayo kita menangkan pertandingan nanti,” ujar Shayne. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga atmosfer positif dan tidak terjebak dalam pesimisme. “Jangan saling menyalahkan tim, apapun. Tujuan kita satu, mimpi kita satu, tinggal bagaimana kita berjalan ke arah yang sama,” tambahnya, memohon dukungan kuat dari seluruh elemen pendukung.

Di tengah situasi tegang ini, bahkan diplomasi pun ikut tersentuh. Menteri Luar Negeri Belanda, David van Weel, secara jenaka menyampaikan permintaan maaf kepada Indonesia atas kekalahan yang dialami tim asuhan Patrick Kluivert. Momen ini menunjukkan bagaimana sepak bola mampu menjadi jembatan diplomasi dan solidaritas antarnegara.

Meskipun kalah, peluang Timnas Indonesia untuk melaju ke Piala Dunia 2026 belum sepenuhnya tertutup. Skenario yang ada melibatkan kemenangan signifikan atas Irak untuk memperbaiki selisih gol, mengingat jika ketiga tim (Indonesia, Arab Saudi, Irak) mengoleksi poin yang sama, selisih gol akan menjadi penentu. Jika Arab Saudi kembali menang, jalur otomatis akan tertutup, namun peluang playoff masih terbuka jika Garuda bisa setidaknya menahan imbang Irak. Jalur playoff akan mempertemukan Indonesia dengan runner-up Grup A (Qatar, UEA, atau Oman), sebuah perjalanan panjang namun tetap memberi asa untuk mencetak sejarah.

+Kekalahan ini menjadi pembelajaran berharga bagi Patrick Kluivert di awal masa kepemimpinannya. Sorotan tajam terhadap pemilihan pemain dan strategi lini tengah harus menjadi bahan evaluasi. Dukungan moral dari dalam dan luar negeri, serta semangat persatuan yang diserukan Shayne Pattynama, menjadi modal penting bagi Timnas Indonesia untuk bangkit dan berjuang habis-habisan di laga penentuan melawan Irak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *