
Manchester United Wanita melanjutkan awal gemilang mereka di Liga Champions dengan kemenangan tipis 1-0 atas Atletico Madrid dalam pertandingan yang menegangkan, diwarnai kartu merah untuk kedua belah pihak. Gol perdana Fridolina Rolfo untuk klub menjadi penentu, namun ketahanan mental dan kekuatan defensif tim asuhan Marc Skinner lah yang benar-benar bersinar di ibu kota Spanyol.
Awal Impian dan Gol Bersejarah Rolfo
Setelah mengawali kampanye Eropa dengan kemenangan 1-0 atas Valerenga pekan lalu, optimisme tinggi menyelimuti skuad United. Pertandingan ini dimulai dengan intensitas tinggi, dan setelah peluang awal yang gagal dimanfaatkan Ella Toone dalam penampilan ke-200 nya yang memecahkan rekor klub, Fridolina Rolfo menunjukkan kelasnya. Pemain Swedia yang didatangkan dari Barcelona ini, dengan timing lari ke tiang jauh yang sempurna, menyambut umpan silang dan melepaskan tendangan voli keras yang bersarang di pojok atas gawang pada menit ke-24. Gol ini bukan hanya yang pertama bagi Rolfo dalam seragam United, tetapi juga menjadi bukti kualitasnya sebagai pemenang Liga Champions dua kali.
United hampir menggandakan keunggulan tak lama kemudian ketika Melvine Malard, setelah umpan satu-dua yang apik dengan Julia Zigiotti Olme, melepaskan tendangan yang sayangnya melebar. Saat itu, United tampak memegang kendali penuh atas pertandingan.
Drama Kartu Merah dan Perubahan Momentum

Namun, dinamika pertandingan berubah drastis empat menit sebelum jeda. Bek tengah United, Dominique Janssen, diusir keluar lapangan setelah pelanggaran keras terhadap mantan pemain sayap Arsenal, Gio Garbelini. Wasit Eleni Antoniou awalnya memberikan kartu kuning, tetapi setelah tinjauan VAR yang panjang, keputusan itu diubah menjadi kartu merah langsung karena kontak signifikan dengan pergelangan kaki Garbelini, yang kemudian harus ditandu keluar lapangan. Insiden ini langsung memberikan keuntungan numerik bagi Atletico, dan mereka segera berusaha memanfaatkannya, memaksa kiper United, Phallon Tullis-Joyce, melakukan penyelamatan cerdas.

Paruh kedua dimulai dengan Atletico yang mengintensifkan serangan mereka. Dengan keunggulan satu pemain, tim tuan rumah terus-menerus mengancam gawang United, melepaskan tembakan demi tembakan tanpa hasil. United harus bertahan mati-matian, dengan Tullis-Joyce dan lini belakang mereka bekerja keras untuk menjaga keunggulan tipis. Kapten Maya Le Tissier tampil luar biasa, melakukan 10 sapuan krusial dari dalam kotak penalti.
Ketahanan di Bawah Tekanan dan Kartu Merah Kedua

Di tengah tekanan yang luar biasa, United akhirnya mendapatkan sedikit kelegaan ketika Atletico juga kehilangan satu pemain pada menit ke-74. Alexia Fernandez menerima kartu kuning keduanya setelah menjegal pemain pengganti Leah Galton yang berpotensi melaju bebas. Dengan jumlah pemain yang seimbang, United sedikit demi sedikit mulai mendapatkan kembali kendali di menit-menit akhir. Meskipun Atletico terus menekan mencari gol penyeimbang, United menunjukkan kematangan defensif mereka.

Malard memiliki peluang emas untuk mengamankan kemenangan di penghujung laga, namun tendangan melengkungnya dari tepi kotak penalti setelah serangan solo yang brilian masih melebar. Pada akhirnya, peluit panjang dibunyikan, menandai kemenangan 1-0 yang diperjuangkan dengan keras bagi Manchester United.
Analisis: Kekuatan Defensif dan Karakter Tim
Kemenangan ini menempatkan United di puncak klasemen dengan enam poin dari dua pertandingan, sejajar dengan raksasa Eropa lainnya seperti Barcelona, Lyon, Wolfsburg, dan Real Madrid. Hasil ini juga menyoroti salah satu ciri khas tim Marc Skinner: pertahanan yang kokoh. United dikenal sebagai salah satu tim dengan pertahanan terketat di benua ini, hanya kebobolan empat gol dalam 11 pertandingan di semua kompetisi sejauh musim ini.

“Kami harus bertahan mati-matian di babak kedua,” kata Skinner setelah pertandingan. “Saya merasa kami memulai pertandingan dengan sangat baik dan seharusnya mencetak beberapa gol. Secara keseluruhan, saya pikir ini menunjukkan karakter luar biasa sebagai tim untuk menahan serangan Atleti. Saya sangat, sangat bangga dengan para pemain.”
Kiper Tullis-Joyce, didukung oleh penampilan tanpa lelah dari duo gelandang Hinata Miyazawa dan Julia Zigiotti Olme, serta kepemimpinan Le Tissier, memastikan bahwa gawang United tetap steril. Bahkan ketika lini pertahanan mereka semakin dalam di bawah tekanan Atletico, tim tetap terorganisir dan disiplin.
“Kami adalah tim yang berbahaya untuk dihadapi,” tambah Skinner. “Lawan mana pun yang melihat kami akan berpikir itu tidak akan mudah.”
Kemenangan ini bukan hanya tentang tiga poin, tetapi juga tentang pernyataan. Manchester United Wanita menunjukkan bahwa mereka memiliki ketahanan, karakter, dan kekuatan defensif untuk bersaing di level tertinggi sepak bola Eropa. Mereka akan menghadapi ujian berikutnya di Liga Super Wanita melawan Brighton sebelum pertandingan Liga Champions yang menarik melawan Paris Saint-Germain.
“Saya sangat senang berada di sini, untuk membuat dampak dan membantu tim,” kata Rolfo kepada ESPN. “Banyak hal terjadi. Secara mental, kami harus siap… Saya sangat bangga dengan tim.”
Pertandingan ini adalah bukti bahwa di Liga Champions Wanita, tidak hanya tentang mencetak gol, tetapi juga tentang kemampuan untuk bertahan di bawah tekanan, mengatasi kesulitan, dan menunjukkan karakter sejati sebagai sebuah tim. Manchester United telah membuktikannya.