
Pertemuan abadi antara Real Madrid dan Barcelona, yang dikenal sebagai El Clasico, selalu menjanjikan drama, tensi tinggi, dan sepak bola kelas dunia. Edisi kali ini, yang berlangsung pada Minggu, 26 Oktober 2025, di Santiago Bernabeu, tidak hanya memenuhi ekspektasi tersebut, tetapi juga meninggalkan jejak emosi yang membara jauh setelah peluit panjang ditiup. Real Madrid berhasil mengamankan kemenangan 2-1, memperpanjang dominasi mereka di puncak klasemen La Liga dan semakin menjauhkan diri dari sang rival.
Kemenangan ini terasa lebih manis bagi Los Blancos mengingat ketegangan yang telah dibangun sebelum pertandingan. Beberapa hari menjelang El Clasico, atmosfer sudah memanas akibat komentar provokatif dari wonderkid Barcelona, Lamine Yamal. Dalam berbagai platform, mulai dari podcast hingga siaran langsung, Yamal secara terbuka menyombongkan kemenangan telak Barcelona 4-0 di Bernabeu musim sebelumnya. Ia bahkan melontarkan tuduhan bahwa Real Madrid kerap “mencuri” kemenangan melalui keputusan wasit yang kontroversial. Unggahan foto lama di Instagram yang kembali mencuat semakin memicu amarah para pemain Madrid, menciptakan bara api yang siap meledak di lapangan.
Dan memang, bara api itu menyala. Meski Barcelona menguasai 68% penguasaan bola, Real Madrid asuhan Xabi Alonso tampil jauh lebih efektif dan tajam. Dengan 23 tembakan, 10 di antaranya tepat sasaran, Madrid menunjukkan determinasi untuk membalas provokasi. Setelah gol Kylian Mbappe dianulir VAR pada menit ke-12 karena offside, bintang muda Prancis itu benar-benar memecah kebuntuan sepuluh menit kemudian, memanfaatkan umpan cerdik dari Jude Bellingham untuk membawa Madrid unggul 1-0.

Barcelona sempat menyamakan kedudukan melalui Fermin Lopez pada menit ke-38, memanfaatkan umpan Marcus Rashford. Namun, euforia itu tak berlangsung lama. Hanya empat menit berselang, Jude Bellingham kembali menunjukkan magisnya, mencetak gol kedua Madrid dari umpan Eder Militao, memastikan Los Blancos unggul 2-1 saat turun minum. Gol ini menjadi bukti bahwa El Clasico bukan hanya soal statistik, tetapi juga gengsi, emosi, dan mentalitas juara.
Babak kedua tidak kalah intens. Madrid memiliki peluang emas untuk memperlebar jarak setelah wasit memberikan penalti karena handsball Eric Garcia. Namun, tendangan Mbappe ke sisi kiri gawang berhasil ditepis dengan gemilang oleh kiper Barcelona, Wojciech Szczesny, menjaga asa Blaugrana. Bellingham sempat kembali mencetak gol, tetapi dianulir karena offside, menambah daftar drama di laga ini. Barcelona berusaha keras menekan di menit-menit akhir, namun upaya mereka semakin berat setelah Pedri diganjar kartu kuning kedua pada menit ke-90+10, membuat mereka bermain dengan sepuluh pemain. Skor 2-1 untuk kemenangan Real Madrid pun bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.

Pasca-pertandingan, ketegangan yang sudah memuncak sebelum laga meledak. Bek Madrid, Dani Carvajal, terekam dalam video viral menegur Lamine Yamal dengan keras, “Kamu terlalu banyak omong… bicaralah sekarang.” Vinicius Junior pun ikut menimpali dengan nada serupa, “Bicara sekarang! Kamu terlalu banyak bicara, bicaralah sekarang!” Momen ini menjadi penutup dramatis bagi sebuah El Clasico yang tak terlupakan, di mana kemenangan tidak hanya diraih di atas lapangan, tetapi juga dalam perang mental.
Analisis dari legenda sepak bola seperti Arsene Wenger semakin mempertegas narasi ini. Wenger, yang kini menjabat di FIFA, menyebut kemenangan Real Madrid sebagai pertarungan antara “pria dan anak-anak.” Ia menyoroti perbedaan pengalaman sebagai faktor kunci. Absennya Íñigo Martínez di lini belakang Barcelona dan ketidakmatangan pertahanan mereka dalam menghadapi pemain sekaliber Mbappe menjadi perhatian Wenger. Menurutnya, Barcelona tampil “terlalu naif” tanpa Raphinha dan Robert Lewandowski, yang dapat memberikan kedewasaan dan kontrol di momen krusial. Sebaliknya, Wenger memuji keseimbangan tim Xabi Alonso dan kecerdikan Kylian Mbappe, yang terus mencari ruang di belakang bek. Umpan-umpan cerdas dari Jude Bellingham juga disebutnya sebagai “kelas istimewa” yang mampu menciptakan perbedaan besar. “Dalam pertandingan besar, semua tergantung pada bagaimana kamu memanfaatkan momen kunci. Dan hari ini, Real Madrid melakukannya dengan sempurna,” pungkas Wenger.
Kemenangan ini tidak hanya menempatkan Real Madrid kokoh di puncak klasemen La Liga dengan 27 poin dari 10 pertandingan, unggul lima poin dari Barcelona, tetapi juga memutus empat kekalahan beruntun mereka atas rival abadinya. Ini adalah El Clasico yang bukan hanya tentang angka di papan skor, melainkan tentang gengsi, emosi yang meluap, dan mentalitas juara yang membedakan.
Hasil Lain Liga Spanyol Pekan ke-10:
- Villarreal mempertahankan posisi ketiga setelah menang 2-0 atas Valencia, mengumpulkan 20 poin.
- Espanyol naik ke posisi keempat setelah menang tipis 1-0 atas Elche.
- Real Sociedad keluar dari zona degradasi setelah mengalahkan Sevilla 2-1, naik ke peringkat 17.
- Valencia terperosok ke posisi 18 karena kalah selisih gol.
- Real Oviedo dan Girona tetap di zona degradasi setelah bermain imbang 3-3.
Ringkasan Hasil Pertandingan:
- Real Sociedad 2-1 Sevilla
- Girona 3-3 Real Oviedo
- Espanyol 1-0 Elche
- Athletic Club 0-1 Getafe
- Valencia 0-2 Villarreal
- Mallorca 1-1 Levante
- Real Madrid 2-1 Barcelona
- Osasuna 2-3 Celta Vigo