
MILAN, Italia – Malam yang seharusnya menjadi panggung kebangkitan Italia di San Siro pada Senin (17/11/2025) dini hari WIB, justru berubah menjadi mimpi buruk yang didalangi oleh seorang Viking: Erling Haaland. Dalam grande partita Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang krusial, Norwegia bukan hanya menang telak 4-1, tetapi Haaland juga mengungkapkan sebuah insiden unik yang ia sebut sebagai ‘andil’ tak terduga dari bek Italia, Gianluca Mancini, dalam pesta golnya.
Dua gol kilat yang dicetak oleh bomber Manchester City ini bukan hanya mengunci kemenangan fantastis bagi Norwegia, tetapi juga secara dramatis mengakhiri penantian 28 tahun Norwegia untuk kembali tampil di panggung akbar Piala Dunia. Namun, sensasi sejati malam itu terletak pada percikan api yang menyulut ledakan gol Haaland.
🔥 Adu Mulut dan Sentuhan Kontroversial yang Membakar Visi ‘Monster’
Tensi pertandingan Grup I sudah panas sejak awal, terutama duel antara mesin gol Norwegia, Erling Haaland, dengan benteng pertahanan Italia. Puncaknya terjadi menjelang jeda babak pertama saat kedudukan masih imbang 1-1. Haaland dan Mancini terlihat adu mulut hebat di tengah lapangan.
Saking panasnya situasi, kiper Italia yang kebetulan juga rekan setim Haaland di Man City, Gianluigi Donnarumma, harus turun tangan melerai Donnarumma, seolah tahu betapa berbahayanya membangkitkan amarah ‘Si Robot’ di tubuh Haaland.
Apa yang membuat Haaland begitu marah? Jawabannya sungguh di luar dugaan.
“Dalam kedudukan 1-1, dia [Mancini] mulai meremas pantatku, dan aku berpikir, ‘apa yang kamu lakukan?’” ungkap Haaland kepada TV2 usai laga, mimik wajahnya antara kesal dan geli.
Bagi penyerang dengan mentalitas predator seperti Haaland, gangguan fisik yang dianggap meremehkan itu ternyata berfungsi sebagai pemicu ( trigger ) alih-alih penghalang. Di sinilah psikologi permainan bertemu dengan kemampuan finishing kelas dunia.
“Jadi aku sedikit bersemangat dan bilang kepada dia, ‘Terima kasih, ya atas motivasinya. Ayo kita lakukan.’ Kemudian aku mencetak dua gol, kami menang 3-1 [Haaland merujuk pada momen saat ia mencetak gol kedua dan ketiga Norwegia yang mengubah skor dari 1-1 menjadi 3-1], jadi ini hebat. Terima kasih kepada dia,” lanjut Haaland dengan nada sarkas yang menohok, menyoroti bagaimana Mancini secara tidak sengaja telah memberikan ‘layanan’ motivasi terbaik.
Insiden ini segera menjadi berita utama di seluruh Eropa, menunjukkan bahwa di level sepak bola tertinggi, hal-hal kecil, bahkan sebatas ‘sentuhan’ yang provokatif, dapat menjadi penentu hasil akhir. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi atau reaksi langsung dari Gianluca Mancini mengenai pengakuan blak-blakan Haaland tersebut.
📈 Angka-Angka Kegilaan: Rekor 16 Gol yang Mengakhiri Penantian 28 Tahun
Kemenangan dramatis ini memastikan Norwegia finis sebagai juara Grup I dengan koleksi 24 poin sempurna dari delapan pertandingan, mencatatkan rekor 100% kemenangan (berdasarkan narasi berita yang menyatakan Norwegia meraih 8 kemenangan dari 8 laga), dan mengamankan tiket langsung menuju Piala Dunia 2026 di Amerika Utara. Ini adalah momen bersejarah bagi Norwegia, yang terakhir kali tampil di Piala Dunia adalah pada tahun 1998. Penantian panjang selama 28 tahun akhirnya terbayar lunas.
Erling Haaland sendiri menutup babak kualifikasi dengan statistik yang sungguh gila, menahbiskan dirinya sebagai top skor kualifikasi Piala Dunia 2026 di seluruh konfederasi.
- Total Gol Kualifikasi: 16 Gol (melawan laporan awal 18 gol, hasil search menunjukkan angka 16 gol dalam 8 laga).
- Rata-rata Gol: 2 gol per pertandingan.
- Konsistensi: Mencetak gol di setiap laga kualifikasi yang ia mainkan.
“Saya senang, tapi lebih lega. Ada banyak tekanan dan sebagainya, dan saya merasakannya. Tapi ini menyenangkan,” ujar Haaland kepada UEFA usai laga, menggambarkan beban yang ia pikul sebagai tumpuan harapan satu negara Skandinavia. Ia juga menambahkan, “Saya merasa ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Yang penting adalah menikmati momen ini.”
Kepulangan Norwegia ke Piala Dunia adalah kisah yang fantastis. Namun, cerita yang akan selalu dikenang dari malam di San Siro ini adalah bagaimana sebuah ‘sentuhan’ provokatif justru mengubah amarah seorang superstar menjadi dua gol penentu yang mengunci sejarah. Mancini memang menempel ketat Haaland, tetapi pada akhirnya, ialah yang terpaksa memberikan assist psikologis paling berharga dalam karier sang Viking.