
LONDON — Gemuruh Emirates Stadium menjadi saksi bisu dari sebuah momen bersejarah yang menggetarkan panggung Liga Champions 2025/2026. Raksasa Jerman, Bayern Munich, harus pulang dengan kepala tertunduk setelah menelan kekalahan perdana mereka di semua kompetisi musim ini di tangan tuan rumah yang tampil menggila, Arsenal. Skor akhir 3-1 bukan sekadar angka, melainkan sebuah deklarasi bahwa era keperkasaan absolut Die Roten telah menemui tembok karang bernama The Gunners.
Laga matchday kelima fase liga Liga Champions yang dihelat pada Kamis (27/11/2025) dini hari WIB ini memang sudah diprediksi akan menyajikan duel sengit. Namun, apa yang terjadi di lapangan jauh melampaui ekspektasi. Arsenal, di bawah racikan cermat Mikel Arteta, tidak hanya menang; mereka membongkar mitos keperkasaan Bayern Munich asuhan Vincent Kompany.
Awal Sempurna yang Tiba-Tiba Ternoda
Sebelum laga ini, Bayern Munich datang dengan aura invincibility yang menakutkan. Catatan fantastis 17 kemenangan dan hanya satu hasil imbang di semua ajang musim 2025/2026 menjadi bukti betapa kokohnya pondasi yang dibangun Kompany, ditopang ketajaman mesin gol sekelas Harry Kane dan kecemerlangan rekrutan anyar seperti Luis Diaz. Mereka bahkan sempat diklaim sebagai salah satu dari tiga tim yang masih sempurna di Liga Champions hingga matchday keempat.
Namun, pepatah lama berbunyi, “Tak ada gading yang tak retak,” dan keretakan itu muncul di London Utara.
Arsenal memimpin lebih dulu pada menit ke-22. Bek muda andalan mereka, Jurrien Timber, yang tampil solid, sukses menuntaskan peluang dari situasi sepak pojok dengan sundulan terarah, membuat Manuel Neuer tak berdaya. Gol ini menjadi pemantik semangat bagi publik Emirates.
Bayern, sebagai tim besar, sempat merespons cepat. Hanya berselang sepuluh menit, tepatnya di menit ke-32, Lennart Karl sukses menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Gol ini lahir dari skema serangan balik cepat, di mana Serge Gnabry mengirim umpan tarik yang diselesaikan dengan dingin oleh Karl. Momen ini sempat membuat pendukung Arsenal menahan napas, khawatir skenario pahit dari pertemuan-pertemuan sebelumnya terulang.
Kebangkitan di Babak Kedua: Magis dari London Utara
Paruh pertama berakhir 1-1, namun Arsenal tampil jauh lebih agresif setelah jeda. Meskipun sempat kehilangan Leandro Trossard akibat cedera di penghujung babak pertama—sebuah pukulan telak yang memaksa Noni Madueke masuk—The Gunners sama sekali tidak mengendurkan tekanan.
Manuel Neuer sempat menjadi tembok penghalang, melakukan penyelamatan krusial atas tembakan keras Bukayo Saka. Namun, dominasi Arsenal akhirnya berbuah hasil pada menit ke-69. Noni Madueke, sang pemain pengganti, membayar lunas kepercayaan dengan menyambar umpan mendatar Riccardo Calafiori, mengubah skor menjadi 2-1. Gol ini tidak hanya mengembalikan keunggulan, tetapi juga terasa seperti pukulan psikologis yang signifikan bagi tim tamu.
Bayern Munich mencoba bereaksi, mendorong lini serang mereka, tetapi pertahanan Arsenal yang dikomandoi William Saliba tampil sangat disiplin. Upaya mereka untuk menekan justru menjadi bumerang.
Pada menit ke-77, Arsenal mengunci kemenangan mereka. Berawal dari blunder yang jarang dilakukan oleh seorang Manuel Neuer yang keluar terlalu jauh dari sarangnya, Gabriel Martinelli dengan tenang memanfaatkan ruang terbuka itu dan melesakkan bola ke gawang kosong. Skor menjadi 3-1 dan sorakan kegembiraan meledak di Emirates. Gol ini sekaligus menegaskan bahwa malam itu adalah milik Arsenal.
Kekalahan 3-1 ini bukan hanya kekalahan pertama Bayern Munich musim ini, tetapi juga kekalahan pertama mereka dari Arsenal dalam enam pertemuan terakhir di Liga Champions. Sebelumnya, Bayern memegang rekor mengerikan, mencatatkan empat kemenangan dan satu imbang, di mana tiga kemenangan di antaranya berakhir dengan skor mencolok 5-1. Arsenal akhirnya berhasil mematahkan kutukan tersebut.
Lebih dari itu, hasil ini mengukuhkan status Arsenal sebagai satu-satunya tim dengan rekor sempurna di Liga Champions musim 2025/2026. Dengan lima kemenangan dari lima laga dan koleksi 15 poin, The Gunners kini nyaman duduk di puncak klasemen. Mereka menjadi tim yang “berlari sendirian” di kompetisi ini, mencetak total 14 gol dan hanya kebobolan satu gol sejauh ini.
Bagi Bayern Munich, kekalahan ini membuat mereka turun ke posisi keempat dengan 12 poin. Ini adalah tamparan keras bagi skuad Kompany dan tentu saja bagi Harry Kane. Bomber Inggris tersebut, yang didatangkan untuk membawa kejayaan Eropa bagi Bayern, kini menorehkan rekor buruk sebagai pemain yang gagal menang dalam enam pertemuan terakhir melawan Arsenal di berbagai kompetisi, sebuah ironi yang pahit mengingat latar belakangnya sebagai legenda Tottenham Hotspur.
Pelatih Arsenal, Mikel Arteta, jelas puas dengan penampilan timnya. Ia memuji performa keseluruhan tim, menyebut mereka tampil “dominan” dan individu-individu bermain di “level tertinggi”. Kemenangan ini, menurut Arteta, akan membawa lebih banyak kepercayaan diri bagi skuadnya, terutama karena mereka mampu mengatasi perubahan dan cedera pemain seperti yang dialami Leandro Trossard.
Sementara itu, bintang rekrutan Bayern, seperti Luis Diaz dan Nicolas Jackson yang sebelumnya tampil moncer, gagal memberikan dampak signifikan di London. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memiliki kualitas individu, Bayern masih rentan ketika menghadapi tim yang secara taktik dan mental berada di puncak permainan mereka.
Dengan hasil ini, Arsenal tidak hanya memastikan tempat mereka di babak selanjutnya, tetapi juga mengirimkan pesan keras kepada seluruh kontestan Eropa: Arsenal sudah kembali, dan kali ini, mereka datang untuk merebut takhta.