
MADRID, SPANYOL – Gemuruh keraguan mulai menyelimuti Santiago Bernabéu. Tak lama setelah start musim 2025/2026 yang nyaris sempurna, badai performa menerpa Real Madrid asuhan Xabi Alonso. Dari tim yang tak terhentikan, kini Los Blancos terlihat rapuh, dan imbasnya, masa depan sang entrenador asal Spanyol itu mulai santer dipertanyakan. Puncaknya? Kekalahan mengejutkan dari Celta Vigo dan duel krusial Liga Champions melawan musuh bebuyutan Eropa, Manchester City.
Dari Puncak Klasemen ke Jurang Keraguan
Di awal musim, Madrid-nya Alonso adalah mesin yang dipoles sempurna. Dengan superstar seperti Kylian Mbappé memimpin lini serang, tim ini mencatat 13 kemenangan dari 14 pertandingan pertamanya di semua kompetisi—sebuah rekor yang menjanjikan dominasi. Hanya satu kekalahan tipis yang mengganggu catatan cemerlang mereka.
Namun, memasuki November, aura tak terkalahkan itu perlahan memudar, digantikan oleh performa yang ‘melambat’ dan mudah ditebak. Dalam tujuh pertandingan terakhir, Madrid hanya mampu meraih dua kemenangan, diikuti oleh tiga hasil imbang yang frustrasi dan, yang lebih mengkhawatirkan, dua kekalahan memilukan.
Puncaknya terjadi pada malam yang seharusnya menjadi perayaan di Bernabéu. Kekalahan 0-2 di kandang sendiri melawan Celta Vigo pada 7 Desember 2025 menjadi lonceng peringatan yang keras. Ini bukan sekadar kekalahan; ini adalah demonstrasi kurangnya determinasi dan organisasi taktis yang mulai dicurigai publik dan media Spanyol. Penurunan drastis dari performa superior di awal musim telah memicu alarm.
“Tim tampak kelelahan, baik fisik maupun mental,” ujar seorang kolumnis olahraga dari Marca. “Sistem 4-3-3 yang tadinya mematikan, kini mudah dinetralkan. Dan yang paling mengkhawatirkan, Mbappé terlihat frustrasi.”
Ujian Sejati: Manchester City dan Liga Champions
Di tengah-tengah badai ketidakpastian ini, Real Madrid dihadapkan pada tantangan yang bisa menentukan seluruh arah musim mereka: kunjungan Manchester City ke Bernabéu untuk matchday 6 Liga Champions pada Kamis (11/12) dinihari WIB.
Meskipun secara historis Madrid memiliki rekor yang sedikit lebih baik dalam pertemuan terakhir, memenangkan tiga duel terakhir mereka melawan The Citizens, momentum saat ini jelas berada di pihak pasukan Pep Guardiola. City datang dengan catatan performa yang jauh lebih konsisten, memenangkan tujuh dari sembilan pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi, menunjukkan kedalaman skuad dan stabilitas yang diimpikan Alonso saat ini.
Media Spanyol, terutama AS, secara terang-terangan melabeli pertandingan ini sebagai “Ujian Krusial” bagi Real Madrid dan, yang paling penting, bagi Xabi Alonso. Kekalahan dari Celta Vigo, meskipun memalukan, dilaporkan tidak akan langsung memengaruhi nasib entrenador. Namun, hasil negatif melawan The Citizens—yang berpotensi mengancam posisi Madrid di grup—akan menempatkan Alonso di bawah tekanan yang nyaris tak tertahankan.
Keretakan Ruang Ganti dan Tekanan Publik
Isu performa di lapangan diperburuk oleh desas-desus internal yang beredar. Dilaporkan bahwa ada ketegangan yang berkembang antara Xabi Alonso dan beberapa pemain berpengaruh di tim. Di Real Madrid, sebuah klub yang terkenal dengan budaya pemain-bintangnya, keretakan di ruang ganti bisa menjadi racun yang jauh lebih mematikan daripada kekalahan di lapangan. Jika pemain kunci mulai meragukan metode atau kepemimpinan pelatih, kejatuhan hampir tak terhindarkan.
Latar belakang ini menciptakan narasi yang mendebarkan menjelang pertandingan Liga Champions. Apakah Alonso bisa menggalang skuad yang goyah dan membuktikan bahwa dia adalah arsitek yang tepat untuk proyek jangka panjang di Bernabéu? Atau akankah kekalahan dari City menjadi kapak terakhir yang mengakhiri masa jabatannya lebih cepat dari perkiraan?
Pembelaan Diri Sang Pelatih
Saat dihadapkan langsung dengan pertanyaan tentang masa depannya yang tergantung pada hasil melawan Manchester City, Xabi Alonso merespons dengan sikap tenang namun tegas, mengalihkan fokus dari spekulasi pribadi ke target kolektif tim.
“Kami bermain untuk tiga poin Liga Champions, itu saja,” lugas mantan gelandang top Spanyol itu, dikutip oleh Metro.
Alonso menekankan pentingnya pertandingan dari sudut pandang kompetitif, bukan dari sudut pandang kursi panasnya. “Kami sedang dalam posisi bagus [di Liga Champions], dan itulah pertaruhannya. Kami ingin tampil dan bermain lebih baik daripada hari ini [melawan Celta Vigo]. Kami semua kompak, tahu bahwa seperti inilah sepakbola itu. Kami harus menatap ke depan.”
Ia mengakui beratnya tuntutan di klub sebesar Real Madrid. “Mengingat tuntutan yang kami ketahui setinggi ini, kekalahan ini sangat melukai Anda, tapi Anda harus menatap ke depan,” tambah Alonso. Ini adalah pernyataan yang menunjukkan kesadaran penuh akan taruhan tinggi yang ia hadapi.
Jalan di Depan: Pilihan Sulit Florentino Pérez
Kini, bola panas ada di tangan Florentino Pérez. Presiden Real Madrid dikenal sebagai figur yang ambisius dan tidak sabar terhadap kegagalan. Keputusan untuk mempertahankan atau memecat Alonso akan sangat bergantung pada respons tim dalam beberapa pertandingan ke depan, di mana duel melawan City adalah titik pemicu utamanya.
Jika Madrid mampu mengalahkan City, tidak hanya tiga poin vital yang didapat, tetapi moral tim akan melonjak, dan kepercayaan terhadap Alonso akan pulih. Sebaliknya, kekalahan akan memicu gelombang desakan pemecatan dari media dan fans, membuat posisi Alonso hampir tidak mungkin dipertahankan, terutama menjelang jeda musim dingin.
Manchester City bukan hanya lawan; mereka adalah takdir Xabi Alonso. Duel di Bernabéu kali ini bukan sekadar perebutan poin Liga Champions; ini adalah penentuan apakah proyek Alonso akan terus berlanjut atau berakhir dengan kegagalan pahit di tengah musim yang penuh gejolak.