
Milan, Italia — Langit di atas Gli Azzurri kembali diselimuti awan kelabu. Alih-alih merayakan tiket lolos otomatis ke Piala Dunia 2026, Timnas Italia justru terpaksa menelan pil pahit dan kembali harus melalui jalur play-off. Hasil ini adalah konsekuensi dari kekalahan telak 1-4 yang memalukan dari Norwegia di laga pamungkas Grup I Kualifikasi Piala Dunia 2026, pada Senin (17/11/2025) dini hari WIB.
Meskipun lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 masih dalam jangkauan, bayang-bayang kegagalan di dua edisi sebelumnya (2018 dan 2022)—yang ironisnya juga terjadi di fase play-off—kini menjadi hantu menakutkan yang menghantui skuad asuhan Gennaro Gattuso.
Di tengah tekanan media dan kekecewaan publik yang meluas, muncul suara dukungan dari salah satu pelatih Italia yang paling dihormati saat ini, Roberto De Zerbi.
🛡️ De Zerbi: “Gattuso Adalah Orang yang Tepat, Tidak Ada yang Lebih Baik!”
Roberto De Zerbi, pelatih flamboyan yang kini menukangi klub raksasa Prancis, Olympique Marseille, secara terbuka memberikan dukungan penuh kepada mantan rivalnya di lapangan. De Zerbi percaya bahwa “Si Badak”—julukan Gattuso—adalah sosok yang paling dibutuhkan Italia saat ini untuk mengatasi krisis mentalitas yang akut.
“Gattuso adalah orang yang tepat. Saat ini, saya rasa Italia tidak punya orang yang lebih baik darinya. Italia harus lolos ke Piala Dunia, dan semua diskusi tentang kesulitan tim datang setelah tujuan itu tercapai,” tegas De Zerbi, dikutip dari Football Italia.
Dukungan ini sangat krusial, mengingat kritik tajam yang kini diarahkan pada Gattuso, terutama setelah Italia kolaps dan kebobolan empat gol hanya dalam 25 menit terakhir saat melawan Norwegia yang diperkuat oleh mesin gol seperti Erling Haaland.
🧠 Mengapa Italia Membutuhkan ‘Si Badak‘? Krisis Play-off
Kegagalan Italia lolos langsung ke Piala Dunia 2026 bukan hanya masalah taktik, melainkan masalah mental. Dalam dua dekade terakhir, Italia telah bertransformasi dari tim yang terkenal dengan pertahanan baja dan determinasi baja (seperti saat Juara Dunia 2006) menjadi tim yang rentan terhadap tekanan di momen-momen krusial, terutama di babak play-off.
- Hantu Masa Lalu (2018 & 2022): Italia adalah satu-satunya juara Piala Dunia yang pernah absen di dua edisi Piala Dunia berturut-turut. Ketidakmampuan melewati play-off Swedia (2018) dan Makedonia Utara (2022) telah menciptakan trauma kolektif.
- Kolaps Melawan Norwegia: Kekalahan 1-4 dari Norwegia menunjukkan tim Italia saat ini memiliki masalah serius dalam menjaga konsentrasi. Gattuso sendiri mengakui bahwa timnya “bermain seperti orang gila” setelah jeda dan kehilangan kepercayaan diri total, sebuah kondisi yang bukan disebabkan oleh masalah fisik pemain.
- Tekanan Media: Suasana di Italia saat ini adalah campuran kemarahan dan ketakutan. Di mata publik, San Siro kini terasa seperti “Kuburan Gli Azzurri“, tempat di mana mimpi mereka dikuburkan berulang kali.
Di sinilah peran Gennaro Gattuso menjadi sangat vital, bahkan lebih penting dari strategi teknisnya.
Gattuso mungkin sering dikritik karena rekam jejak kepelatihannya di level klub yang dinilai “biasa-biasa saja.” Namun, apa yang ia tawarkan kepada tim nasional adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli: karakter, keberanian, dan pengalaman sebagai juara dunia.
- Penyuntik Mentalitas Baja: Gattuso dikenal sebagai pemain yang tidak pernah menyerah, sosok badass yang menjunjung tinggi grinta (ketegasan/semangat juang) di lapangan. Sebagai bagian integral dari tim juara dunia 2006, ia tahu persis bagaimana rasanya bertarung di bawah tekanan terbesar dan keluar sebagai pemenang. Energi dan mentalitasnya yang eksplosif diharapkan mampu ‘menempa’ mental para pemain muda Italia, mencegah mereka down saat menghadapi tekanan di babak play-off.
- Pengakuan Beban: Gattuso secara terbuka telah mengungkapkan bahwa ia merasakan “beban berat” setelah kegagalan lolos otomatis, dan ia mendorong para pemain untuk tidak merasa minder. “Kami tidak boleh takut dan menahan diri, karena kekalahan pertama telah membuat kami kehilangan kepercayaan diri,” kata Gattuso. Pengakuan dan dorongan ini dapat menjadi titik balik, menunjukkan bahwa pelatih mereka siap mengambil tanggung jawab penuh.
Keputusan Gattuso untuk tetap memainkan formasi yang berani melawan tim kuat Norwegia, meskipun berakhir dengan kekalahan, menunjukkan adanya upaya untuk mengubah gaya permainan Italia menjadi lebih menyerang dan modern.
Menunggu Undian Play-off Maret 2026
Kini, nasib Italia akan ditentukan di bulan Maret 2026. Mereka akan berhadapan dengan salah satu tim kuat di babak play-off yang akan diikuti oleh 12 tim. Satu kesalahan kecil akan berakibat fatal, mengulang mimpi buruk yang telah terjadi dua kali berturut-turut.
Apakah Gennaro Gattuso, dengan segala kekurangan taktisnya, benar-benar sosok “Guru Mental” yang mampu melepaskan belenggu psikologis yang mencekik Timnas Italia? Dukungan dari tokoh sekelas Roberto De Zerbi adalah bukti bahwa di Italia, banyak yang percaya bahwa dalam situasi genting seperti ini, hati seorang juara jauh lebih berharga daripada skema taktik yang rumit.