LONDON – Sepak bola seringkali menjadi panggung yang kejam, dan bagi bek Crystal Palace, Maxence Lacroix, Emirates Stadium berubah menjadi teater mimpi buruk pada Rabu (24/12/2025) dini hari WIB. Dalam laga perempat final Carabao Cup yang penuh tensi tinggi, Lacroix mengalami nasib nahas ganda: mencetak gol bunuh diri dan menjadi satu-satunya eksekutor yang gagal dalam drama adu penalti yang melelahkan.

Kekalahan menyakitkan 8-7 di babak tos-tosan setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal memastikan langkah Arsenal melaju ke semifinal, sekaligus meninggalkan luka mendalam bagi skuad asuhan Oliver Glasner.

Tembok Kokoh yang Runtuh karena Sial

Pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi. Arsenal, yang tampil di depan pendukung sendiri, langsung mengambil inisiatif serangan. Namun, lini pertahanan The Eagles yang digalang oleh duet Marc Guehi dan Maxence Lacroix tampil sangat disiplin. Sepanjang babak pertama, “Meriam London” dibuat frustrasi oleh organisasi pertahanan Palace yang rapat. Skor kacamata bertahan hingga turun minum.

Memasuki babak kedua, Mikel Arteta mencoba menyuntikkan energi baru. Tekanan demi tekanan terus dilancarkan Arsenal melalui sayap-sayap mereka. Kebuntuan akhirnya pecah pada menit ke-80 melalui skenario bola mati yang menjadi spesialisasi Arsenal musim ini.

Berawal dari sepak pojok, terjadi kemelut di depan gawang Dean Henderson. Riccardo Calafiori menyambar bola liar dengan tendangan keras dari jarak dekat. Lacroix, yang berniat melakukan blok krusial untuk menyelamatkan timnya, justru mendapati bola mengenai kakinya dan berbelok arah masuk ke gawang sendiri. Gol bunuh diri tersebut seolah meruntuhkan kerja keras Palace selama 80 menit.

Keajaiban Menit Akhir Marc Guehi

Meski tertinggal, Crystal Palace menunjukkan mentalitas pantang menyerah. Di saat laga tampak akan berakhir untuk kemenangan tipis Arsenal, kapten tim Marc Guehi muncul sebagai pahlawan. Memanfaatkan kemelut di masa injury time, Guehi berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Gol ini memaksa pertandingan langsung dilanjutkan ke babak adu penalti (sesuai regulasi Carabao Cup tanpa perpanjangan waktu). Bagi Palace, ini adalah nafas kedua. Bagi Lacroix, ini adalah kesempatan untuk menebus kesalahan own goal tadi.

Baca Juga:

Napoli Segel Gelar Piala Super Italia 2025 di Bawah Komando Conte

Drama Adu Penalti: Kepa Menjadi Mimpi Buruk

Adu penalti berjalan sangat klinis. Kedua tim menunjukkan ketenangan yang luar biasa. Hingga penendang ketujuh, skor masih sama kuat 7-7. Tidak ada satu pun eksekutor yang meleset; bola-bola meluncur deras ke sudut gawang, membuat kiper kedua tim seolah tak berdaya.

Masuk ke penendang kedelapan, bek andalan Arsenal, William Saliba, maju dengan tenang. Ia sukses menaklukkan Henderson dan mengubah skor menjadi 8-7. Beban berat kini berpindah ke pundak Maxence Lacroix.

Lacroix melangkah ke titik putih dengan raut wajah tegang. Ia melepaskan tendangan ke arah sisi kiri gawang. Namun, Kepa Arrizabalaga, yang malam itu tampil sigap menggantikan David Raya, berhasil membaca arah bola dengan sempurna. Kepa terbang menepis bola, memastikan kemenangan Arsenal dan mengakhiri perlawanan heroik Palace.

Statistik Pahit dan Evaluasi

Berdasarkan data dari Sofascore, Maxence Lacroix menjadi pemain dengan rating terendah di lini belakang Palace, yakni hanya 6,3. Angka ini merupakan konsekuensi logis dari dua kesalahan fatal: gol bunuh diri yang memberi keunggulan bagi lawan dan kegagalan penalti yang mengeliminasi timnya.

Meski demikian, banyak pengamat menilai kritik terhadap Lacroix harus diseimbangkan dengan performanya dalam menjaga pertahanan selama 90 menit. Namun dalam sepak bola sistem gugur, detail kecil seringkali menjadi pembeda antara pahlawan dan pesakitan.

Menatap Semifinal

Dengan hasil ini, Arsenal bergabung dengan tim-tim besar lainnya di babak semifinal Carabao Cup. Mikel Arteta memuji ketangguhan mental anak asuhnya, terutama Kepa yang menjadi penentu di saat kritis.

“Ini adalah pertandingan yang sulit. Palace bermain sangat terorganisir. Kami beruntung memiliki pemain yang siap di momen-momen besar,” ujar Arteta usai laga.

Bagi Crystal Palace, kekalahan ini tentu menyesakkan karena mereka hanya berjarak satu tendangan dari melanjutkan kejutan di turnamen ini. Kini, fokus The Eagles akan kembali ke Premier League, sementara Lacroix harus segera bangkit dari memori kelam di London Utara ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *