Agustus 17, 2025

Jakarta – Lionel Messi, sang megabintang asal Argentina yang kini bermain di Major League Soccer (MLS), tengah menjadi sorotan tajam setelah absen dari rangkaian aktivitas MLS All-Star Game. Absen ini bukan tanpa konsekuensi—otoritas MLS akhirnya menjatuhkan sanksi tegas kepada Messi. Tak hanya dirinya, rekan setimnya, Jordi Alba, juga kena hukuman berupa larangan tampil dalam satu pertandingan MLS yang lalu.

Kisruh ini memicu perdebatan sengit seputar peran dan tanggung jawab para pesepakbola top dalam mengikuti event-event yang digelar oleh MLS, khususnya pertandingan All-Star yang menjadi tradisi rutin liga ini.

Dalam pusaran kontroversi ini, sosok Alexi Lalas—legenda sepakbola Amerika Serikat sekaligus mantan general manager MLS—angket bicara dan tak ragu memberikan kritik keras kepada Messi. Lalas, yang dikenal sebagai salah satu ikon sepakbola AS dengan 96 caps di timnas, menilai sikap Messi kurang dewasa dalam menghadapi kewajiban kontraktualnya.

Dalam podcast “State of the Union,” Lalas mengungkapkan pendapatnya dengan lugas. Ia menyoroti bagaimana reaksi terhadap ketidakhadiran Messi dalam pertandingan All-Star seolah-olah sang bintang menjadi pahlawan yang berani melawan ‘sistem jahat’ MLS. Menurutnya, narasi seperti itu justru terkesan berlebihan dan bahkan konyol.

“Kita semua yang tumbuh besar di Amerika Serikat pasti familiar dengan pertandingan All-Star, bukan hanya di sepakbola tapi di berbagai cabang olahraga lain. Ini adalah tradisi yang sudah sangat melekat. Jadi, wajar jika kita mengharapkan pemain bintang untuk ikut serta,” kata Lalas.

Lebih jauh, Lalas menegaskan bahwa Messi adalah pihak yang sepenuhnya menyadari perjanjian dalam kontraknya ketika memilih bergabung dengan MLS. Baginya, aturan main tentang keikutsertaan di pertandingan All-Star jelas tertulis dan sudah diketahui oleh Messi sejak awal. “Dia sudah tanda tangan kontrak itu. Jadi tidak ada alasan untuk menghindar. Dewasalah, Messi! Kalau kamu merasa keberatan dengan kewajiban ini, kamu punya kesempatan untuk bernegosiasi saat menandatangani kontrak dulu,” tegasnya.

Kritikan dari Lalas ini membuka perspektif menarik terkait profesionalisme dan tanggung jawab seorang pesepakbola elit. Di satu sisi, ada ekspektasi tinggi dari liga dan fans untuk para pemain bintang agar mau terlibat aktif dalam berbagai acara yang dapat meningkatkan profil dan popularitas MLS. Di sisi lain, ada kemungkinan alasan pribadi atau profesional dari pemain untuk mengurangi beban tampil di pertandingan yang dianggap tidak begitu penting dibanding jadwal kompetitif reguler.

Namun, Lalas nampaknya lebih menekankan bahwa seorang pemain bintang sebesar Messi harus mampu menunjukkan kedewasaan dan kesadaran atas kontrak yang sudah disepakati. Baginya, sikap menghindar dari kewajiban ini bisa berdampak buruk bagi citra pribadi Messi dan juga bagi perkembangan liga sepakbola Amerika secara keseluruhan.

Situasi ini juga mencerminkan dinamika menarik dalam dunia sepakbola modern, di mana pemain superstar tidak hanya dilihat dari performa di lapangan, tetapi juga bagaimana mereka menjalankan peran sebagai ikon dan representasi liga tempat mereka bermain.

Bukan hanya Messi yang menjadi sorotan, hukuman yang sama juga diterima Jordi Alba, yang menunjukkan bahwa MLS serius dalam menegakkan aturan kepada semua pemain tanpa terkecuali.

Kontroversi ini diperkirakan akan terus menjadi perbincangan hangat di kalangan fans dan pengamat sepakbola, terutama terkait bagaimana MLS dapat menyeimbangkan antara tuntutan bisnis dan olahraga, serta menghormati kebutuhan para pemain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *