
Perjalanan Tim Nasional Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 harus berakhir dengan pahit. Asa untuk mencicipi panggung sepak bola terakbar dunia kembali terkubur setelah Garuda harus mengakui keunggulan lawan di dua laga krusial Grup B putaran keempat. Kekalahan tipis 2-3 dari Arab Saudi pada 9 Oktober, disusul takluk 0-1 dari Irak pada 12 Oktober 2025 dini hari WIB, memupuskan mimpi jutaan masyarakat Indonesia.
Kekecewaan melanda seluruh penjuru Tanah Air. Kritik pedas pun tak terhindarkan, banyak yang menyoroti kinerja tim, bahkan menyerukan agar sang arsitek, Patrick Kluivert, mundur dari jabatannya. Sorotan tajam juga datang dari media Vietnam, Soha, yang menilai program naturalisasi pemain keturunan Belanda yang digalakkan PSSI belum menunjukkan hasil signifikan. “Mimpi ke Piala Dunia hancur, strategi Belandanisasi Timnas Indonesia gagal,” tulis Soha, melanjutkan bahwa kegagalan ini bukan hanya terjadi di kualifikasi Piala Dunia, tetapi juga di turnamen lain, sementara tim junior yang mengandalkan talenta lokal justru berhasil menembus Piala Dunia.

Soha juga menyoroti ambisi besar Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang menargetkan prestasi gemilang melalui naturalisasi pemain keturunan untuk Olimpiade dan Piala Dunia 2026. Harapan sempat membumbung tinggi kala nama-nama seperti Jay Idzes, Kevin Diks, Calvin Verdonk, dan Emil Audero resmi memperkuat skuad Garuda. Namun, dua kekalahan beruntun ini mengubur kembali mimpi yang terakhir kali terwujud pada 1938, saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda.
Kontroversi Wasit dan Kritik Taktik
Tak hanya dari Asia Tenggara, media Belanda, Voetbal Primeur, turut menyoroti laga Indonesia vs Irak, khususnya keputusan kontroversial wasit asal China, Ma Ning. Voetbal Primeur menggarisbawahi insiden ketika Kevin Diks disikut di kotak penalti namun wasit meniup peluit offside, lalu memberikan kartu kuning kedua kepada pemain Irak Zaid Tahseen, namun tetap memberikan tendangan bebas kepada Irak. Mereka juga mempertanyakan keputusan wasit yang hanya memberikan kartu kuning kepada Tahseen meski melakukan pelanggaran keras terhadap Ole Romeny yang sudah berhadapan dengan kiper.
Di balik kontroversi wasit, kritik internal tak kalah tajam. Patrick Kluivert menjadi sasaran utama kekecewaan, dianggap paling bertanggung jawab atas kegagalan ini. Keputusan mengganti Shin Tae-yong dengan Kluivert di tengah jalan juga dianggap sebagai kesalahan fatal. Banyak yang merasa skema yang diterapkan Kluivert, terutama saat menghadapi Arab Saudi, terkesan “aneh” dan membuat permainan tim buyar. Beberapa pemain bahkan dinilai tampil di bawah performa terbaik, menjadi “aktor” di balik kekalahan.
Meski demikian, Timnas Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan saat menghadapi Irak, menguasai jalannya pertandingan dengan 56% penguasaan bola dan menciptakan sembilan peluang berbanding tujuh milik Irak. Namun, dominasi statistik ini tidak mampu mengubah hasil akhir.
Performa Pemain dan Sorotan Media Malaysia
Sejumlah pemain yang berasal dari BRI Super League dinilai belum menunjukkan performa meyakinkan. Kapten Persib Bandung, Marc Klok, menjadi salah satu yang paling disorot. Saat melawan Arab Saudi, ia tampil di bawah standar dengan rating 5,6 menurut Fotmob, bahkan dianggap menjadi biang keladi gol penyama kedudukan Arab Saudi. Legenda sepak bola Indonesia, Pasek Wijaya, menilai keputusan Kluivert memainkan Klok alih-alih Thom Haye adalah blunder besar.

Beckham Putra, dengan nomor punggung 7, juga gagal menunjukkan kontribusi maksimal, mendapatkan rating 5,7. Performanya bahkan dibandingkan dengan Marselino Ferdinan yang tidak dipanggil. Sementara itu, gelandang Dewa United, Ricky Kambuaya, juga mendapatkan rating rata-rata 6,1 dari dua penampilannya, menunjukkan belum optimalnya kontribusi di lini tengah.
Marselino Ferdinan, pemegang nomor 7 sebelumnya yang sukses mencetak brace melawan Arab Saudi di pertandingan sebelumnya, sebenarnya bisa menjadi pembeda. Demikian pula Thom Haye dan Eliano, yang dinilai telat dimasukkan saat menghadapi Arab Saudi. Eliano mendapatkan rating 6,5, sedangkan bek Persija Jakarta, Rizky Ridho, yang baru dimainkan melawan Irak, mendapatkan rating 6,9. Namun, dua kesalahannya di lini belakang justru berujung gol bagi lawan.
Kegagalan Indonesia ini tak luput dari perhatian media Malaysia. Metro Malaysia menulis, “Indonesia ‘Menangis’ di Jeddah, Impian Piala Dunia Musnah,” menyoroti peluang yang terbuang dan kesalahan Rizky Ridho yang berujung gol Iqbal. Berita Harian juga menyebut bahwa kekalahan ini mengubur asa Indonesia lolos ke Piala Dunia untuk kali pertama sejak 1986.
Semangat yang Tak Padam
Striker Timnas Indonesia, Ole Romeny, menjadi salah satu yang paling merasakan kepedihan. Melalui akun Instagramnya, ia menulis, “Sulit untuk menggambarkan rasa sakit yang saya rasakan saat ini. Harapan yang kita semua miliki untuk meraih mimpi. Semua fans yang datang menonton di stadion, orang-orang yang menyaksikan di rumah, anak-anak yang bermain di jalan, dan semua orang di Indonesia yang telah mendukung kami. Terima Kasih.”
Romeny menegaskan bahwa seluruh pemain telah berjuang keras untuk mewakili Indonesia di panggung dunia, meskipun hasilnya belum berpihak. Ia bangga menjadi bagian dari skuad Garuda. “Kami akan selalu menegakkan kepala, dan kami pasti akan kembali, itu sudah pasti! Saya mencintai kalian semua,” pungkas Romeny, menyiratkan bahwa meskipun mimpi ini tertunda, semangat untuk bangkit akan terus menyala.