
Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa memasuki babak krusial, dan bagi tim nasional Italia, setiap pertandingan adalah final. Pada Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 01.45 WIB, Gli Azzurri akan menjamu Israel di Stadion Friuli, Udine, dalam laga yang sarat makna. Pertandingan ini bukan hanya tentang tiga poin, melainkan juga tentang ambisi besar Italia untuk kembali ke panggung Piala Dunia setelah absen dalam dua edisi terakhir.
Italia saat ini menduduki peringkat kedua Grup I dengan 12 poin dari lima pertandingan, terpaut enam angka dari pemuncak klasemen, Norwegia, yang sudah memainkan satu laga lebih banyak. Kemenangan atas Israel akan menjadi langkah vital untuk menjaga selisih poin agar tetap terkejar, terutama mengingat pertemuan terakhir yang sangat dinanti melawan Norwegia pada November mendatang. Pelatih Timnas Italia, Gennaro Gattuso, memahami betul urgensi laga ini. “Kami mempertaruhkan banyak hal, karena jika kami menang, Israel akan tersingkir, dan kami bisa mempersiapkan diri untuk babak playoff dengan lebih tenang,” tegas Gattuso, menyoroti betapa pentingnya momentum ini bagi skuadnya.
Misi Penebusan Setelah Dua Kali Absen

Dua kegagalan beruntun lolos ke Piala Dunia pada edisi 2018 dan 2022 masih membekas di benak para penggemar dan pemain Italia. Tekad untuk menebus dosa masa lalu sangatlah kuat, dan di bawah arahan Gattuso, performa Azzurri mulai menunjukkan peningkatan signifikan. Sejak kekalahan telak 0-3 dari Norwegia di era Luciano Spalletti, Italia telah mencatat empat kemenangan beruntun. Rangkaian kemenangan ini termasuk laga dramatis 5-4 atas Israel di pertemuan pertama, serta dua kemenangan besar lainnya atas Moldova (2-0) dan Estonia (5-0), ditambah kemenangan 3-1 dalam laga uji coba.
Meskipun lini depan Italia tampil sangat produktif dengan total 15 gol dari lima laga kualifikasi, Gattuso mengakui bahwa masih ada pekerjaan rumah di sektor pertahanan. Delapan gol bersarang ke gawang Italia dalam periode tersebut, menunjukkan perlunya perbaikan untuk membangun kestabilan tim.
Di sisi lain, Israel datang ke Udine dengan modal yang kurang meyakinkan. Tim berjuluk The Blue and Whites ini baru saja menelan dua kekalahan beruntun, yakni 4-5 dari Italia dan 0-5 dari Norwegia. Dari enam pertandingan yang sudah dimainkan, Israel mencatat tiga kemenangan dan tiga kekalahan, dengan 15 gol dicetak dan 16 gol bersarang ke gawang mereka. Secara matematis, peluang Israel untuk bersaing masih terbuka, namun kekalahan di Udine akan menutup rapat-rapat asa mereka untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Bagi Italia, kemenangan akan mengamankan posisi mereka di zona dua besar Grup I, menjaga peluang menuju babak playoff, atau bahkan lolos langsung jika Norwegia terpeleset di dua laga tersisa. Dengan performa yang mulai stabil dan dukungan publik sendiri, laga Italia vs Israel diprediksi akan menjadi penentu langkah Azzurri menuju Piala Dunia 2026.
Laga di Tengah Bayang-bayang Ketegangan Geopolitik

Namun, pertandingan ini tidak hanya diwarnai oleh intrik sepak bola. Atmosfer di Udine akan terasa berbeda menyusul kesepakatan gencatan senjata di Gaza, meskipun iklim yang aneh masih menyelimuti. Keamanan akan diperketat di Stadion Friuli dan seluruh kota. Sebuah aksi unjuk rasa pro-Palestina dijadwalkan akan dimulai di pusat kota beberapa jam sebelum pertandingan, dan diperkirakan akan menarik sekitar 10.000 orang. Demonstrasi ini diharapkan akan dijauhkan dari stadion yang berada di pinggiran kota.
Menariknya, jumlah peserta demonstrasi bisa jadi lebih banyak daripada penonton pertandingan, mengingat hanya sekitar 9.000 tiket yang terjual untuk kualifikasi di Stadio Friuli yang berkapasitas 25.000 kursi. Bahkan jumlah ini menunjukkan peningkatan penjualan tiket dalam seminggu terakhir. Laga ini akan dimainkan empat hari setelah gencatan senjata di Gaza mulai berlaku, dan sehari setelah semua sandera Israel yang masih hidup dan ratusan tahanan Palestina dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
Gattuso menyambut baik berita gencatan senjata ini. “Itu adalah gambar yang indah, kami semua sangat senang. Kami berterima kasih kepada penonton stadion karena mereka akan sangat, sangat penting bagi kami, dan kami juga menghormati mereka yang akan berada di luar. Saya kecewa karena banyak keluarga ingin membawa anak-anak mereka, mereka bisa datang ke malam perayaan, tetapi kami juga menghormati mereka yang akan berada di luar. Kami senang bahwa perang telah dihentikan,” ujar Gattuso.
Italia juga pernah menjamu Israel setahun yang lalu di Udine. Kota ini dipilih karena kesulitan relatif dalam mencapai kota di timur laut Italia, dekat perbatasan Slovenia, dan kemudahan dalam mengisolasi stadion, di mana barikade jalan akan didirikan di sekelilingnya. Helikopter juga akan terbang sepanjang hari dan kehadiran polisi akan sangat tinggi, menjelang pertandingan yang telah ditempatkan dalam kategori risiko tertinggi.
Sebelum pertandingan Israel sebelumnya di Norwegia, sekitar 1.000 pengunjuk rasa berpawai ke stadion di Oslo. Di Italia, pengunjuk rasa mendekati gerbang pusat pelatihan Italia di Florence sepuluh hari yang lalu untuk menuntut agar pertandingan melawan Israel dibatalkan. UEFA bahkan sempat mempertimbangkan untuk menangguhkan Israel karena konflik, dan Wali Kota Udine, Alberto Felice De Toni, menyerukan agar pertandingan ditunda.
Pemain sayap Israel, Manor Solomon, mengakui bahwa timnya sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, namun emosi yang meningkat akibat situasi di tanah air bisa memengaruhi para pemain. Setelah menyaksikan berita kembalinya para sandera, pelatih Israel, Ran Ben-Shimon, berkata, “Ini adalah momen yang akan kami bawa seumur hidup. Mereka semua berpelukan seperti setiap ibu memeluk putra-putranya.” Solomon menambahkan, “Ada momen yang membantu dan ada yang tidak, karena kami memikirkan hal-hal lain selain sepak bola selama pertandingan. Tapi saya pikir semua yang terjadi hari ini di Israel seharusnya memberikan motivasi lebih kepada semua orang. Ini adalah salah satu hari paling bahagia dalam hidup kami. Kami berdoa selama dua tahun untuk momen ini. Tadi malam sangat sulit bagi kami untuk tidur karena kami ingin bangun pagi untuk melihat gambar-gambar mereka pulang dan semua orang di jalanan Israel merayakan.”
Ancaman Cedera dan Perhitungan Klasemen
Di lapangan, Italia akan mengamankan setidaknya satu tempat playoff jika berhasil mengalahkan Israel. Namun, mereka akan kehilangan Moise Kean yang cedera. Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mengumumkan bahwa penyerang Fiorentina itu gagal pulih sepenuhnya dari cedera pergelangan kaki kanan yang diderita saat pertandingan melawan Estonia. Absennya Kean merupakan pukulan bagi Gattuso, mengingat pemain berusia 25 tahun itu telah mencetak enam gol dalam empat pertandingan terakhir untuk negaranya, termasuk gol pembuka dalam kemenangan 3-1 atas Estonia.
Saat ini, Italia berada di posisi kedua grup, enam poin di belakang Norwegia yang sempurna dan tiga poin di depan Israel. Kedua tim ini telah memainkan satu pertandingan lebih banyak dari Azzurri. Hanya pemenang grup yang lolos langsung ke turnamen tahun depan di Amerika Utara. Peringkat kedua akan melaju ke playoff, tahapan di mana juara empat kali Italia tersingkir selama kualifikasi Piala Dunia 2018 dan 2022. Italia memiliki tiga pertandingan tersisa, dan kemenangan atas Israel akan mengamankan setidaknya posisi kedua dan tempat di playoff. Namun, untuk merebut posisi puncak, Italia membutuhkan Norwegia untuk tergelincir melawan Estonia bulan depan, mengingat selisih gol yang besar antara Azzurri dan skuad Erling Haaland. Italia akan menjamu Norwegia dalam pertandingan terakhir grup mereka di San Siro pada 16 November.
Dengan segala dinamika di dalam dan luar lapangan, pertandingan Italia vs Israel di Udine akan menjadi salah satu laga paling bergejolak dan menentukan di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tekad Italia untuk menebus kegagalan masa lalu akan diuji di tengah ketegangan dan harapan yang melingkupi Udine.